Kemenperin Fasilitasi Kemitraan IKM dengan Manufaktur Skala Besar





Forum Solusi Ekonomi Indonesia

Kementerian Perindustrian aktif memfasilitasi kemitraan antara industri kecil dan menengah (IKM) dengan manufaktur skala besar. Upaya yang dilandasi amanat Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian ini bertujuan untuk menguatkan rantai pasok sektor industri di dalam negeri agar semakin produktif dan berdaya saing.

“Kerja sama yang dijalani dengan prinsip saling menguntungkan ini berperan signifikan dalam penguatan struktur industri nasional dan pengentasan kemiskinan melalui perluasan kesempatan kerja, serta menghasilkan produk berorientasi ekspor,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Forum Solusi Ekonomi Indonesia di Jakarta, Selasa (29/8).

Beberapa kemitraan
Beberapa program kemitraan yang telah difasilitasi oleh Kemenperin, di antaranya IKM logam di sentra Tegal dan Ceper dengan PT. Polytron dan PT. Panasonic dalam memasok kebutuhan komponen elektronika. “Selain itu, kami juga menjembatani kerja sama antara IKM logam di sentra Tegal dengan PT. Astra Honda Motor untuk memasok komponen kendaraan bermotor,’ ujar Airlangga.

Kemitraan lainnya, yaitu antara IKM logam di Ceper dengan PT. Inka dan PT. KAI untuk menyalurkan komponen kereta api seperti rem block cast iron, brake block head, side bearer housing, journal spring upper seat, journal spring bottom seat, bottom center plate, dan upper center plate.

“Kami tengah mendorong kerja sama IKM Ceper dengan industri alat berat sehingga ke depannya dapat memasok ke pasar komponen alat berat, seperti road roller dan excavator,” tutur Airlangga.

Bahkan, guna meningkatkan penggunaan alat perkakas pertanian dalam negeri seiring masuknya produk impor, Kemenperin telah menggandeng IKM yang memproduksi cangkul untuk kerja sama dengan PT. Krakatau Steel, PT. Boma Bisma Indra, PT. Sarinah dan PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku serta pendistribusiannya.

“Dalam waktu dekat, akan dilaksanakan kerja sama antara IKM dengan industri besar di sektor furniture terutama untuk memenuhi pasar ekspor,” lanjutnya. Selain itu, ditargetkan pula kemitraan antara petani tanaman obat dengan industri kosmetik dan jamu sekala besar untuk penyediaan bahan baku.

Mendorong upaya perbaikan kualitas dan manajemen IKM
Menurut Airlangga, kerja sama yang dilakukan tersebut mendorong upaya perbaikan kualitas dan manajemen IKM sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan kriteria dari industri skala besar. Oleh karena itu, Kemenperin juga memfasilitasi pengembangan daya saing IKM dengan program pelatihan, sertifikasi dan penguatan standard produk.

Dirjen IKM Gati Wibawaningsih menyampaikan, Kemenperin telah meluncurkan program e-smart IKM yang dapat menumbuhkan kerja sama IKM dengan industri skala besar. “Program e-smart IKM adalah cara baru yang ditempuh Kemenperin dalam membantu IKM, yaitu dengan memanfaatkan pasar online untuk menjangkau area pemasaran yang lebih luas,” ungkapnya.

Gati pun menyatakan, dengan dibangunnya e-smart IKM dan diintegrasikan dengan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS) melalui smart card, selain meningkatkan akses pemasaran bagi IKM, data tersebut juga dapat digunakan untuk monitoring penjualan produK serta menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan.

Penumbuhan populasiPada kesempatan sebelumnya, Menperin Airlangga menegaskan, pihaknya terus melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap sektor IKM dalam rangka penguatan struktur industri nasional. Untuk itu, Kemenperin mendorong penumbuhan populasi IKM sesuai dengan sektor prioritas yang juga tengah dipacu kepada industri skala besar.

“Kami melakukan fasilitasi peningkatan kemampuan terhadap 43 sentra IKM, yangmeliputi sentra IKM pangan, barang dari kayu dan furniture, sentra IKM kimia, sandang, aneka dan kerajinan, sertasentra IKM logam, mesin, elektronika dan alat angkut,” ujarnya ketika melakukan kunjungan kerja di Padang, Sumatera Barat, akhir pekan lalu.

Pemberian mesin dan peralatan produksi 
Salah satu upaya mendukung penumbuhan unit usaha baru sektor IKM di Provinsi Sumatera Barat, Kemenperin memfasilitasi pemberian mesin dan peralatan produksi bagi IKM alat mesin pertanian (alsintan) dan sentra IKM tenun. “Diharapkan IKM alsintan di Sumatera Barat dapat berinovasi dan memasarkan produknya untuk mendukung sektor industri pengolahan pangan dan pertanian,” tuturnya.

Pada acara Wisuda SMK - Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK) dan Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Padang, secara simbolis Menperin menyerahkan mesin dan peralatan alsintan kepadapeserta Bimbingan Teknis Penumbuhan dan Pengembangan IKM Alsintan di Kabupaten Padang Pariaman, Payakumbuh dan Limapuluh  Kota. Selain itu, mesin dan peralatan tenun untuk sentra IKM tenun Lintau Buo Tanah Datar.

“Untuk IKM tenun di Tanah Datar yang saat ini masih menggunakan alat tenun gedogan, dengan adanya bantuan mesin peralatan ATBM Jaquard ini diharapkan lebih meningkatkan produktivitasnya,” kata Airlangga. Ke depan, sasarannya adalah produk yang dihasilkan dapat dipasarkan secara luas melalui program e-Smart IKM, e-catalog, dan lain-lain.

Di Ranah Minang, Menperin sempat mengunjungi pusat produksi kripik singkong balado Ummi Aufa Hakim. Tidak hanya mencicipi panganan atau oleh-oleh khas Padang tersebut, Airlangga melihat secara langsung proses pengolahannya termasuk ikut juga menggoreng kripik singkongnya. “Enak dan gurih kripiknya,” ungkapnya.

Dirjen IKM Gati Wibawaningsih mengatakan, kripik sanjai (singkong) Ummi Aufa Hakim termasuk dalam produk unggulan IKM pangan binaan Kemenperin. "Ini kami jadikan unggulan karena perkembangannya sangat cepat, baik dalam omzet maupun penyerapannya terhadap tenaga kerja lokal," jelasnya.

Didirikan sejak tahun 1999 oleh Lukman El Halim di Kota Payakumbuh, awalnya hanya memproduksi kripik sanjai balado dengan kapasitas 300 kg per bulan dengan dibantu lima tenaga kerja. Seiring waktu, usahanya terus berkembang dan Lukman mulai berani membuka gerai pada tahun 2005 dan 2011.

Bahkan, usahanya mendapat pembinaan melalui fasilitas perbaikan desain kemasan dan program One Village One Product (OVOP). Kemenperin juga memfasilitasi bimbingan penerapan dan sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP).

Saat ini, kapasitas produksinya sebesar menjadi 300 ton per bulan dengan jumlah mitranya mencapai 100 unit usaha dan menyerap lebih dari 1.000 tenaga kerja. Omzet mitranya rata-rata mencapai Rp 600 juta per bulan. Lukman juga bermitra dengan 20 petani singkong di Payakumbuh dan Padang Pariaman.

--------

Baca info-info seputarbandungraya.com lainnya di GOOGLE NEWS