Jatinangor, Sejuta Kenangan Kawasan Pendidikan Dekat Bandung Timur





Suatu hari, dari Pangdam alias Pangkalan Damri dekat dengan kampus Unwim, penulis naik bus Damri, rutinitas pulang kuliah ke Bandung. Dulu, belum ada bus Damri yang melewati jalan tol Padaleunyi. Nah, saat perjalanan dari Cileunyi sampai Cibiru hujan begitu ngagebret alias hujan deras. Mata yang menahan kantuk di tengah dinginnya hawa hujan... tiba-tiba lamunan para penumpang buyar seketika saat mendadak air hujan tamplok membasahi bagian dalam bus. Ya, kebocoran terjadi di atap bus sejuta umat tersebut, atuh kapaksa jibrug alias basah kuyup!

Ke Jatinangor: naik Damri sampai omprengan
Itulah salah satu kenangan yang menghiasi hari-hari perjuangan menimbal ilmu di kampus Unpad Jatinangor. Jatinangor, kawasan pendidikan sejuta memory yang tak bisa dilupakan. Jauh dengan sekarang dimana akses menuju Jatinangor dari Bandung makin mudah, dari pake kendaraan pribadi, naik Damri via tol, sampai layanan transportasi online.

Penulis yang dulu di daerah Kopo pernah merasakan naik omprengan di perempatan Kopo via jalan tol keluar GT Cileunyi. Dan kasus perseteruan omprengan dengan angkot Cileunyi - Tanjungsari yang warna coklat pernah terjadi kala itu di era 90an. Dulu mah amat jarang yang pakai kendaraan mobil pribadi atau motor, beda dengan sekarang dimana area parkiran di setiap fakultas berjejer kendaraan pribadi.

Ikon Gunung Geulis dan Gunung Manglayang 
Penulis yang waktu kecil pernah tinggal di kawasan dekat Cibeusi, pernah merasakan suasana Jatinangor era 80an. Kala itu, kampus-kampus yang terkenal ada APDN, Unpad, dan Ikopin. Masih ingat, dulu di depan APDN (berubah jadi STPDN dan IPDN) ada masjid dekat pinggir Jalan Raya Jatinangor (kira-kira sekarang dekat sebelah timur gerbang IPDN).

Adapaun tetengger alam Gunung Geulis jadi ikon kawasan pendidikan tersebut. Terkadang gunung tersebut biasa jadi tujuan para mahasiswa buat naik ke puncaknya. Yang konon di puncaknya dengan ciri khas ada pohon besar, ada pohon keramat. Juga Gunung Manglayang jadi tempat favorit wisatawan mendaki ke puncaknya via Kiarapayung atau Batu Kuda yang bisa langsung bablas ke Gunung Sunda dan kawasan pegunungan Lembang di Bandung Utara.

Kehadiran jalan tol Panci (Padalarang-Cileunyi) yang berubah jadi Padaleunyi lalu ganti lagi jadi Purbaleunyi, turut mengubah wajah Jatinangor. Pembangunan pun semakin pesat di kawasan pendidikan tersebut. Kini, dari mall sampai apartemen menghiasi kawasan yang dulu dikenal sebagai kebun jati tersebut.

Konon, kata kokolot setempat nama Jatinangor berasal dari "Jatina Ngora" alias 'pohon jati yang masih muda'. Kawasan ini berbatasan langsung dengan Cileunyi Wetan di Bandung Timur dan daerah Tanjungsari (Sumedang). Kawasan ini pun dekat dengan sentra kerajinan Cipacing yang bisa diakses dari Cibeusi atau Jln. Sayang.

Jembatan Cincin dan Menara Loji riwayatmu kini
Sebagai informasi, Jatinangor dahulu merupakan bekas perkebunan Cultuur Ondernemingen van Maatschappij Baud yang berdiri pada 1841. Perkebunan itu dimiliki tuan tanah bernama Baron W.A. Baud.

Ikon di daerah tersebut diantaranya ada Jembatan Cincin yang kini di dekatnya berdiri mentereng bangunan apartemen. Jembatan ini jadi saksi bisu jalur kereta api zaman Belanda. Jembatan Cincin dibangun perusahaan kereta api Belanda Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf pada 1918 untuk memudahkan pengangkutan hasil perkebunan. Jembatan Cincin menghubungkan Tanjungsari dengan Rancaekek.

Lalu di arah akses masuk ke Unpad dekat Unwim (sekarang Kampus ITB II) ada Menara Loji yang dulu biasa digunakan sebagai menara lonceng untuk tanda jam istirahat para pekerja perkebunan. Menara Loji masih berdiri kokoh, tetapi loncengnya sudah hilang karena diduga dicuri. Lokasi ini pun jadi spot favorit buat foto selfie dengan latar bangunan menara berwarna putih tersebut.

Di kawasan Jatinangor pun ada tempat wisata lapangan golf dan resort Bandung Giri Gahana. Beberapa kilometer menuju kaki Gunung Manglayang ada bumi perkemahan Kiarapayung.

Sugan teh ngampus di Dipatiukur!
"Duh, saya kira kuliah di Unpad itu di Dipatiukur, ternyata di Jatinangor", itu salah satu ungkapan rekan penulis dari luar kota yang merasa kecele karena disangkanya kampus Unpad itu hanya di Dipatiukur. Akhirnya, ia harus rela tempat kuliahnya di Jatinangor. Ia pun memilih ngekos di kawasan Cikuda.

Jatinangor, yang dihuni ribuan mahasiswa dari dalam dan luar kota menjadi kawah candradimuka para generasi muda yang kuliah. Keramaian akan makin terasa saat penerimaan mahasiswa baru setiap tengah tahun. Dulu zaman Ospek masih diberlakukan, ragam tampilan maba alias mahasiswa baru akan menghiasi sekitaran Jatinangor. Mereka berseragam sesuai fakultasnya masing-masing.

Ospek Unpad jaman harita ada tingkatan di universitas, fakultas, dan jurusan (mabim). Adapun buat Ospek lapangan (kemah), setiap fakultas/jurusan (sekarang Prodi) berbeda-beda, ada yang Kiarapayung, kawasan Ciwidey, Pangalengan, Lembang, Sumedang, sampai di Oray Tapa. Dan tentunya nama Toko Yanto jadi favorit buat beli barang-barang kebutuhan Ospek sampai buat di kosan.

Buat yang kuliah di Unpad, jarak ke kampus memang jauh dari jalan raya. Pilihan waktu itu bisa menggunakan ojek atau omprengan. Dan penulis termasuk pasukan gede bitis alias kalo lagi nyantai mah jalan kaki saja ke atas. Dulu mah belum ada penutup di sepanjang trotoar dari gerbang Unpad, Tanjakan Cinta, sampai ke area fakultas-fakultas. Cara terbaik, biasanya nunggu bus si Kuning milik Fakultas Sastra lewat, itu juga kalau milik.

Sedangkan buat pilihan tempat tinggal bisa ngekos, ngontrak rumah, atau tinggal di asrama (biasanya buat mahasiswa baru). Paling asyik saat pulang kuliah dimana para mahasiswa akan mencari warung buat ngisi perut. Dan "keheningan" Jatinangor akan terasa saat libur kuliah atau libur Lebaran, dimana mahasiswa pada pulang ke kampung halaman masing-masing.

Hiburan ala mahasiswa
Cerita Jatinangor memang punya kenangan yang tak dapat dilupakan. Baik itu cerita dari susahnya air di kosan saat musim kemarau; nembak kecengan dengan main ke kosannya; aktivitas event mahasiswa; nongkrong di gerbang Unpad; makan di warung nasi Munggaran atau Adi Ada Aja; main bola di Lapangan Padjadjaran yang dulu sangat berdebu; main basket di lapangan asrama Pedca; shalat Jumat di Masjid Ibnu Sina yang saat ngambil wudhu harus antre; sampai cerita-cerita mistis di kawasan kampus tercinta.

Penulis pun pernah merasakan mulai ramainya penggunaan internet, dimana dulu banyak warnet yang bertebaran di kawasan Jatinangor. Juga mulai booming-nya penggunaan telepon seluler dengan hadirnya konter-konter pulsa di kawasan ini. Buat beli kartu perdana? Dulu harganya masih diatas Rp100 ribu. Juga masih ada wartel-wartel di kawasan ini.

Adapun buat hiburan, salah satunya bisa lalajo bioskop. Dulu belum ada bioskop atau mall di Jatinangor, jadi kalau mau nonton film terbaru di bioskop terbaksa harus ngingkig ke Bandung (Alun-Alun, BIP, atau Ujungberung). Kalau akhir bulan dana cekak mah, ya main gitar atau main kartu bareng geng di kosan. Adapun tempat kos-kosan tersebar di daerah Cikuda, Ciseke, Caringin, GKPN, Jatiroke, Sukawening, Hegarmanah, Sayang, Cikeruh, Cibeusi, Cileunyi, dan lainnya.

Kalau zaman sekarang mah sudah ada WiFi hampir di setiap kosan atau paket data, jadi bisa mabar main games. Jangan bayangkan pula dulu bisa akses internet sepuasnya di kawasan kampus. Sekarang mah sudah disediakan WiFi gratis di setiap fakultas.

Pasar kaget Jatinangor
Dan saat ngekos di kawasan Jatinangor, hari Minggu main ke pasar kaget Jatinangor tentunya jadi pilihan. Pagi-pagi buta jalan kaki berombongan dengan teman-teman kosan, selain cuci mata, di pasar kaget juga buat ngisi perut sarapan pagi dan cari-cari barang yang dibutuhkan buat di kosan. Buat uang tambahan bekalnya, kalau milik mah bisa dapat beasiswa dari kampus, baik itu beasiswa BBM ataupun beasiswa CSR dari perusahaan-perusahaan.

Kawasan Jatinangor sampai kini jadi salah satu kawasan yang potensial bagi para pelaku usaha. Dulu saja, selain para pedagang di pasar kaget, di Jatinangor pun jadi lahan basah buat bisnis kosan, fotokopian, laundry, rental komputer, sampai rental PS dan VCD. Dan kini, pertumbunan pembangunan di Jatinangor pun makin menggurita, sampai akhir-akhir ini penulis nganjang lagi ke sana sudah sangat banyak yang berubah. *(AA)

--------

Baca info-info seputarbandungraya.com lainnya di GOOGLE NEWS